MAKALAH
SENI
BUDAYA DAN KETRAMPILAN
(ALAT
MUSIK GAMELAN)
Nama Kelompok
:
Fajar Herianto
Gilang Iyanto
SMA PGRI 1 KROMENGAN
Jln. Dr.
Soetomo No. 1 Kromengan
Tahun Ajaran 2016 / 2017
Tahun Ajaran 2016 / 2017
LEMBAR PENGESAHAN
Telah
diterima oleh lembaga SMA PGRI 1 KROMENGAN sebagai makalah hasil kegiatan Seni
Budaya yang disahkan pada :
Hari/Tanggal :
Jum’at, 03 Maret 2017
Tempat :
SMA PGRI 1 KROMENGAN
Mengesahkan
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
mungkin sangat sederhana.Makalah ini berisikan tentang pengertian seni budaya dan pengertian alat musik gamelan. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Malang ,7 Febuari 2017
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar...............................................................................................................2
Daftar
Isi.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang....................................................................................................
4
2. Tujuan
Penulisan..................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
1.
Gong……………………………………………………………………………………..6
2.
Kendang……………………………………………………………………………...….6
3.
Gambang……………………………………………………………………………...…7
4.
Bonang………………………………………………………………………………......8
5.
Demung,saron,peking…………………………...………………………………………8
6.
Suling………………………………………………………………………...….………9
7.
Kempul………………………………………………………………………….……..10
8.
Rebab………………………………………………………………………….……….11
9.
Siter………………………………………………………………………..…….……..12
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan...........................................................................................................13
2. Saran......................................................................................................................13
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Indonesia adalah bangsa
yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya. Terdiri dari
berbagai suku bangsa, yang mendiami belasan ribu pulau. Masing-masing suku
bangsa memiliki keanekaragaman seni budaya tersendiri. Di setiap seni budaya
tersebut terdapat nilai-nilai sosial yang tinggi. Pada kondisi saat ini seni
dan kebudayaan mulai ditinggalkan, bahkan sebagian masyarakat Indonesia malu
akan seni dan kebudayaannya sebagai jati diri sebuah bangsa. Hal ini mengakibatkan
hilangnya keanekaragaman seni budaya Indonesia secara perlahan-lahan, yang
tidak terlepas dari pengaruh budaya luar dan karakter mayarakat Indonesia yang
suka meniru. Dalam menjaga kelestarian seni budaya Indonesia tersebut banyak
cara yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan dan batasan-batasan yang ada.
Jangan sampai di saat seni budaya kita diambil bangsa lain, baru kita menyadari
betapa bagusnya nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kita itu sendiri.
Perkembangan zaman dan teknologi yang semakin lama semakin canggih serta
perdagangan bebas yang telah terjadi di dunia khususnya Indonesia telah
meracuni bangsa Indonesia terhadap moral akhlak dan tatakrama pergaulan anak
remaja, adat budaya Indonesia yang dulu katanya Indonesia kaya akan seni budayanya
kini terhapus semua oleh yang namanya kemajuan zaman.
Perkembangan
zaman era Globalisasi sekarang ini amatlah pesatnya sehingga membuat kita
sering takjub dengan segala penemuan-penemuan baru disegala bidang.
Penemuan-penemuan baru yang lebih banyak didominasi oleh negara-negara Barat
tersebut dapat kita simak dan saksikan melalui layar televisi, koran, internet
dan sebagainya yang sering membuat kita geleng-geleng kepala sebagai orang
Indonesia yang hanya bisa menikmati dan memakai penemuan orang-orang Barat
tersebut. Penemuan-penemuan baru tersebut merupakan sisi positif yang dapat
kita ambil dari negara-negara Barat itu sedangkan di negara-negara Barat itu
sendiri makin maju dan modern diiringi pula dengan bebasnya mereka dalam
bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi suatu
kebiasaan yang membudaya.
Kebiasaan-kebiasaan
orang Barat yang telah membudaya tersebut hampir dapat kita saksikan setiap
hari melalui media elektronik dan cetak yang celakanya seni dan kebudayaan orang-orang
Barat tersebut yang sifatnya negatif dan cenderung merusak serta melanggar
norma-norma ke timuran kita sehingga ditonton dan ditiru oleh orang-orang kita
terutama para remaja yang menginginkan kebebasan seperti orang-rang Barat. Seni
dan Kebudayan-kebudayaan Barat tersebut dapat kita mulai dari pakaian dan mode,
musik, film sampai pada pergaulan dengan lawan jenis.
1.2 Tujuan manfaat
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini guna memenuhi
tugas dari guru Seni Budaya yaitu P.Puji,Manfaat
yang dapat di peroleh oleh penyusun melalui makalah ini yaitu dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu acuan dalam membuat makalah berikutnya,
sehingga dalam penyusunan karya tulis yang akan datang hal-hal yang sudah baik
di tingkatkan dan yang salah diperbaiki serta untuk menambah wawasan kami
mengenai seni di Indonesia. Melalui makalah ini manfaat yang dapat diperoleh
oleh pelajar adalah sehingga setalah membaca makalah ini, pelajar dapat terus
menjaga dan melestarikan seni serta menemukan cara-cara terbaru untuk
mengatasinya agar tarian suatu daerah di Indonesia dapat terjaga sampai
generasi selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Gong
Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Gong ini digunakan untuk alat musik tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin
gong seperti ini.
Gong
yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk
setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong
dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis.
1.2 Kendang
Kendang merupakan alat
musik ritmis (tak bernada) yang berfungsi mengatur irama dan termasuk dalam
kelompok “membranofon” yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari
selaput kulit atau bahan lainnya.
Kendang kebanyakan dimainkan oleh para pemain gamelan profesional, yang sudah lama menyelami budaya Jawa. Kendang kebanyakan di mainkan sesuai naluri pengendang, sehingga bila dimainkan oleh satu orang denga orang lain maka akan berbeda nuansanya.
Menurut bukti sejarah, kelompok membranofon telah populer di Jawa sejak pertengahan abad ke-9 Masehi dengan nama: padahi, pataha (padaha), murawa atau muraba, mrdangga, mrdala, muraja, panawa, kahala, damaru, kendang. Istilah ‘padahi’ tertua dapat dijumpai pada prasasti Kuburan Candi yang berangka tahun 821 Masehi (Goris, 1930). Seperti yang tertulis pada kitab Nagarakrtagama gubahan Mpu Prapanca tahun 1365 Masehi (Pigeaud, 1960), istilah tersebut terus digunakan sampai dengan jaman Majapahit.
Penyebutan kendang dengan berbagai nama menunjukkan adanya berbagai macam bentuk, ukuran serta bahan yang digunakan, antara lain : kendang berukuran kecil, yang pada arca dilukiskan sedang dipegang oleh dewa , kendang ini disebut “damaru“.
Kendang kebanyakan dimainkan oleh para pemain gamelan profesional, yang sudah lama menyelami budaya Jawa. Kendang kebanyakan di mainkan sesuai naluri pengendang, sehingga bila dimainkan oleh satu orang denga orang lain maka akan berbeda nuansanya.
Menurut bukti sejarah, kelompok membranofon telah populer di Jawa sejak pertengahan abad ke-9 Masehi dengan nama: padahi, pataha (padaha), murawa atau muraba, mrdangga, mrdala, muraja, panawa, kahala, damaru, kendang. Istilah ‘padahi’ tertua dapat dijumpai pada prasasti Kuburan Candi yang berangka tahun 821 Masehi (Goris, 1930). Seperti yang tertulis pada kitab Nagarakrtagama gubahan Mpu Prapanca tahun 1365 Masehi (Pigeaud, 1960), istilah tersebut terus digunakan sampai dengan jaman Majapahit.
Penyebutan kendang dengan berbagai nama menunjukkan adanya berbagai macam bentuk, ukuran serta bahan yang digunakan, antara lain : kendang berukuran kecil, yang pada arca dilukiskan sedang dipegang oleh dewa , kendang ini disebut “damaru“.
1.3 Gambang
Alat
musik gambang merupakan salah satu instrumen yang terdapat dalam
orkes Gambang Kromong dan Gambang Rancag.
Gambang
memiliki alat pemukul yang terdiri atas dua buah. Kedua pemukul tersebut biasa
dipegang tangan kiri dan kanan penabuh. Bentuk pemukulnya bulat dan dibalut
oleh kain atau alat yang mengakibatkan empuk. Sedangkan batang pemukulnya
tersebut berbentuk bulat panjang.
Bilah-bilah gambang terbuat
dari kayu jati atau sulangkring (kayu besi). Berikut bentuk bilah dan nadanya :
1. Nada terendah dengan bentuk bilah
terpanjang dan terlebar
2. Nada tertinggi dengan bentuk bilah
terpendek, tertebal, dan tersempit dan lurus membentuk trapesium.
Untuk
meninggikan nada biasanya dilakukan pemotongan atau penipisan wilah gambang di
bagian ujungnya (bagian simpul), sedang untuk merendahkan nada dengan
menipiskan bilah nada gambang di bagian perutnya.
1.4 Bonang
Penjelasan
alat musik Bonang yang berasal dari jawa dan bali. Bonang merupakan salah satu
alat musik yang digunakan dalam gamelan Jawa. Bonang juga merupakan instrumen
melodi terkemuka di Degung Gamelan Sunda. Dimainkan dengan cara dipukul atau
ditabuh pada bagian atasnya yang menonjol atau disebut dengan pencu (pencon)
dengan menggunakan dua pemukul khusus yang terbuat dari tongkat berlapis yang
disebut dengan sebutan bindha
Alat
musik Ini terdiri dari koleksi gong kecil yang biasa disebut ceret atau pot.
Gong-gong kecil tersebut ditempatkan secara horizontal ke string dalam bingkai
kayu (rancak), baik satu atau dua baris lebar. Semua ceret memiliki bos pusat,
tetapi di sekelilingnya yang bernada rendah memiliki kepala datar, sedangkan
yang lebih tinggi memiliki melengkung satu. Masing-masing sesuai untuk lapangan
tertentu dalam skala yang sesuai; sehingga ada yang berbeda untuk bonang pelog
dan slendro. Mereka biasanya dipukul dengan tongkat berlapis (tabuh). Bonang
dapat dibuat dari perunggu dipalsukan, dilas dan dingin-dipalu besi, atau
kombinasi dari logam. Selain bentuk gong-berbentuk ceret, bonang ekonomis
terbuat dari besi dipalu atau kuningan pelat dengan mengangkat bos sering
ditemukan di desa gamelan, dalam gamelan Suriname-gaya, dan di beberapa gamelan
Amerika. Bonang ini mirip dengan reong Bali.
1.5 Demung,Saron dan Peking
Alat ini berbentuk bilahan dengan
enam atau tujuh bilah (satu oktaf ) ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga
berfungsi sebagai resonator.Instrumen mi ditabuh dengan tabuh dibuat dari
kayu.Menurut ukuran dan fungsinya, terdapat tiga jenis saron:- demung (Paling besar),-
saron (Sedang) dan,- peking(Paling kecil).
DEMUNG
Alat ini berukuran besar dan beroktaf tengah.Demung memainkan balungan gendhing dalam wilayahnya yang terbatas.Umumnya, satu perangkat gamelan mempunyai satu atau dua demung.Tetapi ada gamelan di kraton yang mempunyai lebih dari dua demung.
SARON
Alat ini berukuran sedang dan beroktaf tinggi.Seperti demung, saron barung memainkan balungan dalam wilayahnya yang terbatas.Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, dua saron memainkan lagu jalin menjalin yang bertempo cepat. Seperangkat gamelan mempunyai dua saron, tetapi ada gamelan yang mempunyai lebih dan dua saron.
PEKING
Berbentuk saron yang paling kecil dan beroktaf paling tinggi.
Saron panerus atau peking ini memainkan tabuhan rangkap dua atau rangkap empat lagu balungan.
DEMUNG
Alat ini berukuran besar dan beroktaf tengah.Demung memainkan balungan gendhing dalam wilayahnya yang terbatas.Umumnya, satu perangkat gamelan mempunyai satu atau dua demung.Tetapi ada gamelan di kraton yang mempunyai lebih dari dua demung.
SARON
Alat ini berukuran sedang dan beroktaf tinggi.Seperti demung, saron barung memainkan balungan dalam wilayahnya yang terbatas.Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, dua saron memainkan lagu jalin menjalin yang bertempo cepat. Seperangkat gamelan mempunyai dua saron, tetapi ada gamelan yang mempunyai lebih dan dua saron.
PEKING
Berbentuk saron yang paling kecil dan beroktaf paling tinggi.
Saron panerus atau peking ini memainkan tabuhan rangkap dua atau rangkap empat lagu balungan.
1.6 Suling
Suling
adalah alat musik dari keluarga alat
musik tiup kayu atau
terbuat dari bambu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat
musik lainnya dengan baik.
Suling
modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas atau campuran keduanya. Sedangkan suling untuk
pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak.
Suling
konser standar ditalakan di C dan mempunyai jangkauan nada 3 oktaf dimulai dari
middle C. Akan tetapi, pada
beberapa suling untuk para ahli ada kunci tambahan untuk mencapai nada B di
bawah middle C. Ini berarti
suling merupakan salah satu alat musik orkes yang tinggi, hanya piccolo yang lebih tinggi lagi dari suling. Piccolo adalah suling kecil yang
ditalakan satu oktaf lebih tinggi dari suling konser standar. Piccolo juga umumnya digunakan dalam orkes.
Suling
konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb
key B-flat (diciptakan dan dirintis oleh Briccialdi) standar. B foot joint,
akan tetapi, adalah pilihan ekstra untuk model menengah ke atas dan
profesional.
Suling
open-holed, juga biasa disebut French Flute (di mana beberapa kunci
memiliki lubang di tengahnya sehingga pemain harus menutupnya dengan jarinya)
umum pada pemain tingkat konser. Namun beberapa pemain suling (terutama para
pelajar, dan bahkan beberapa para ahli) memilih closed-hole plateau key. Para pelajar umumnya menggunakan
penutup sementara untuk menutup lubang tersebut sampai mereka berhasil
menguasai penempatan jari yang sangat tepat.
Beberapa
orang mempercayai bahwa kunci open-hole
mampu menghasilkan suara yang lebih keras dan lebih jelas pada nada-nada
rendah.
Suling
konser pada sebelum Era Klasik (1750) memakai Suling Blok (seperti gambar
atas), sedangkan pada sebelum Era Romantis (Era Klasik 1750-1820) pakai Suling
Albert (kayu hitam berlubang dan dilengkapi klep), dan sejak Era Romantis
(1820) memakai suling Boehm (kayu hitam atau metal dilengkapi klep semua yang
disebut juga suling Boehm, sistem Carl Boehm), atau suling saja.
Khusus
musik keroncong di Indonesia pada Era Stambul
(1880-1920) memakai suling Albert, dan pada Era Keroncong Abadi (1920-1960)
telah memakai suling Bohm.
1.7 Kempul
merupakan salah satu perangkat gamelan yang ditabuh, biasanya digantung
menjadi satu perangkat dengan Gong. Kempul termasuk bagian dari kelompok
instrumen keras dari gamelan.[2] Gamelan adalah alat musik tradisional
Jawa yang terbuat dari timah dan tembaga.[2] Gamelan memiliki 2 jenis instrumen
yaitu instrumen keras dan instrumen lunak.[2] Alat musik yang termasuk instrumen
keras selain kempul adalah bonang barung, bonang penerus, kenong, kethuk, kempyang, gong, demung, saron, dan saron peking.[2] Sedangkan instrumen lunak terdiri
dari gender barung, gender penerus, rebab, gambang, siter, slenthem, seruling, dan kendhang.[2] Kempul memiliki bentuk mirip dengan
gong tetapi lebih kecil.[3] Kempul menandai aksen-aksen penting dalam
kalimat lagu/gendhing.[4] Dalam hubungannya dengan
lagu/gendhing, kempul bisa memainkan nada yang sama dengan nada balungan;
kadang-kadang kempul mendahului nada balungan berikutnya.[4] Kempul menghasilkan suara yang lebih
tinggi daripada Gong, sedangkan yang lebih kecil akan menghasilkan suara yang
lebih tinggi lagi.[1]\
1.8 Rebab
Rebab muncul di tanah Jawa setelah zaman Islam sekitar abad ke-15—16, merupakan adaptasi dari alat gesek bangsa Arab yang dibawa oleh para penyebar Islam dari tanah Arab dan India. Menyebar di daerah Jawa barat, Jawa Tengah & Jawa Timur. Rebab terbuat dari bahan kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Alat musik yang menggunakan penggesek dan mempunyai tiga atau dua utas tali dari dawai logam (tembaga) ini badannya menggunakan kayu nangka (umumnya)dan berongga di bagian dalam ditutup dengan kulit lembu yang dikeringkan sebagai pengeras suara.
Instrumen musik tradisional lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Tehyan yang resonatornya terbuat dari tempurung kelapa, rebab jenis ini dapat dijumpai di DKI Jakarta, Jawa dan Kalimantan Selatan
Untuk daerah Jawa Tengan dan Yogyakarta, lazimnya Instrumen ini terdiri dari kawat-gesek dengan dua kawat ditegangkan pada selajur kayu dengan badan berbentuk hati ditutup dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi.
Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih. Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan.
Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu rebab memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing. Pada kebanyakan gendhing, rebab juga memberi tuntunan musikal kepada ansambel untuk beralih dari seksi yang satu ke yang lain.
1.9 Siter
Siter adalah alat musik petik di dalam gamelan Jawa. Ada hubungannya juga dengan kecapi di gamelan Sunda. Siter dan celempung masing-masing memiliki 11 dan 13 pasang senar,
direntang kedua sisinya di antara kotak resonator. Ciri khasnya satu senar
disetel nada pelog dan senar lainnya dengan nada slendro. Umumnya sitar memiliki panjang
sekitar 30 cm dan dimasukkan dalam sebuah kotak ketika dimainkan,
sedangkan celempung panjangnya kira-kira 90 cm dan memiliki empat kaki,
serta disetel satu oktaf di bawah siter. Siter dan celempung dimainkan sebagai
salah satu dari alat musik yang dimainkan bersama (panerusan), sebagai instrumen yang memainkan cengkok (pola
melodik berdasarkan balungan).
Baik siter maupun celempung dimainkan dengan kecepatan yang sama dengan gambang (temponya cepat).
Nama
"siter" berasal dari Bahasa Belanda "citer", yang juga
berhubungan dengan Bahasa
Inggris "zither".
"Celempung" berkaitan dengan bentuk musikal Sunda celempungan.
Senar
siter dimainkan dengan ibu jari, sedangkan jari lain digunakan untuk menahan
getaran ketika senar lain dipetik, ini biasanya merupakan ciri khas instrumen
gamelan. Jari kedua tangan digunakan untuk menahan, dengan jari tangan kanan
berada di bawah senar sedangkan jari tangan kiri berada di atas senar.
Siter
dan celempung dengan berbagai ukuran adalah instrumen khas Gamelan Siteran, meskipun juga dipakai dalam berbagai jenis
gamelan lain.
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Gamelan adalah produk budaya untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur budaya
yang bersifat universal. Ini berarti bahwa setiap bangsa dipastikan memiliki
kesenian, namun wujudnya berbeda antara bangsa yang satu dengan bangsa yang
lain. Apabila antar bangsa terjadi kontak budaya maka keseniannya pun juga ikut
berkontak sehingga dapat terjadi satu bangsa akan menyerap atau mengarn bila
unsur seni dari bangsa lain disesuaikan dengan kondisi seternpat. Oleh karena
itu sejak keberadaan gamelan sampai sekarang telah terjadi perubahan dan
perkembangan, khususnya dalam kelengkapan ansambelnya.
1.2 SARAN
·
Berdasarkan penemuan yang diperoleh dari
penelitian ini, dapat dianjurka beberapa saran sebagai berikut
·
Meningkatkan pengetahuan tentang dunia seni
tradisional.
·
Perlunya penelitian lebih lanjut bagaimana
karakteristik Gamelan.
·
Dari peneletian ini diharapkan adanya penelitian
yang lebih lanjut untuk mengkaji perkembangan Gamelan di Indonesia.
·
Perlu adanya pelatihan yang lebih lanjut dalam
pembuatan laporan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
- · http://wonojoyo.com/sejarah-gamelan-jawa/ ;diakses pada 22 Maret 2017
- · http://www.isi-dps.ac.id/berita/asal-usul-dan-sejarah-gamelan-gambang-di-banj jeroan-desa-tumbak-bayuh ;diakses pada 22 Maret 2017
- · http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/performance/gamelan-show/ ar- ;diakses pada 22 Maret 2017
Waaw penawaran yang sangat menarik, Kami menyediakan
BalasHapustrevel Bondowoso Malang pp murah aman dan nyaman